ABSTRAK
Prgram Studi Ilmu Keperawatan UIT, Skripsi April 2012 “Karakteristik Faktor Resiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Siwa Kab.Wajo.”(dibimbing oleh Harliani).
Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat.Karena itu dilakukan penelitian terhadap karakteristik faktor resiko Ulkus Diabetika pada penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Siwa Wajo.
Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik umur, lama menderita DM, obesitas, kadar gula darah tidak terkontrol dengan terjadinya ulkus diabetik pada penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Siwa Wajo. Penelitian ini menggunakan Deskriptif Observasional dengan metode cross sectional. Hasil penelitian diperoleh melalui kuesioner, tekhnik pengambilan sampel dengan menggunakan insidental sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 14 responden.
Ulkus Diabetika dikatakan beresiko terjadi pada penderita Diabetes Mellitus dengan umur
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional menyatakan bahwa segala
upaya dalam pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal yang memungkinkan orang hidup lebih produktif baik
sosial maupun ekonomi. Dengan meningkatnya status sosial dan ekonomi, pelayanan
kesehatan masyarakat, perubahan gaya hidup, bertambahnya umur harapan hidup, maka
di Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular, hal ini di kenal dengan transisi epidemiologi. Kecenderungan
meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular salah satunya adalah Diabetes
mellitus.
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronik
yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin
secara relative maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat
terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang,
baik mikroangiopati maupun makroangiopati.
Jumlah penderita Diabetes mellitus di dunia dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini berkaitan dengan jumlah populasi
yang meningkat, life expectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola
hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan
kegiatan fisik kurang. Diabetes mellitus perlu diamati karena sifat penyakit
yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak
negatif yang ditimbulkan.
Diabetes mellitus dibandingkan dengan penderita non
Diabetes mellitus mempunyai kecenderungan 2 kali lebih mudah mengalami
trombosis serebral, 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung
koroner, 17 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 50 kali menderita ulkus
diabetika. Komplikasi menahun Diabetes mellitus di Indonesia terdiri atas
neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati
10%, dan nefropati 7,1%.
Penderita Diabetes mellitus berisiko 29 kali
terjadi komplikasi ulkus diabetika. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada
permukaan kulit yang disebabkan adanya makroangiopati sehingga terjadi vaskuler
insusifiensi dan neuropati. Ulkus diabetika mudah berkembang menjadi infeksi
karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi
tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman.
Ulkus diabetika kalau tidak segera mendapatkan
pengobatan dan perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi yang segera meluas
dan dalam keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi. Ulkus diabetika merupakan
komplikasi menahun yang paling ditakuti dan mengesalkan bagi penderita DM, baik
ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang diperlukan untuk pengobatan
yang menghabiskan dana 3 kali lebih banyak dibandingkan tanpa ulkus.
Prevalensi penderita ulkus diabetika di Indonesia
sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetika
merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk Diabetes
mellitus.
Penderita ulkus diabetika di Indonesia memerlukan
biaya yang tinggi sebesar 1,3 juta sampai Rp. 1,6 juta perbulan dan Rp. 43,5
juta per tahun untuk seorang penderita.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo jumlah
penderita Diabetes mellitus pada tahun 2010 sebesar 240 orang dan meningkat pada tahun 2011 menjadi
302 orang.
Di Rumah Sakit Siwa Kecamatan Pitumpanua pada tahun
2010 terdapat penderita Diabetes mellitus sebesar 54 dan meningkat tahun 2011 menjadi 85
penderita, diantaranya menderita ulkus diabetika pada tahun 2010 sebesar 13 penderita
dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 22 penderita. Dimana rata-rata penderita berusia
>50 tahun,obesitas dan memiliki riwayat menderita Diabetes Mellitus yang
sudah cukup lama serta kadar glukosa darah yang tidak terkontrol.
Penelitian case control oleh Pract bahwa faktor
risiko yang dapat diubah berhubungan dengan terjadinya ulkus diabetika meliputi
tidak terkontrolnya kadar glukosa darah, kolesterol total, HDL, dan
trigliserida. Penelitian case control oleh Toton Suryatono bahwa
neuropati merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetika. Penelitian Prospective
oleh Boyko bahwa lama DM ≥ 10 tahun dan obesitas berhubungan dengan
terjadinya ulkus diabetika. Penelitian oleh Cassano bahwa merokok merupakan
faktor risiko terjadinya ulkus diabetika. Penelitian oleh David bahwa
ketidakpatuhan diet merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetika.
Penelitian oleh Rocher, Calle, dan Gayle bahwa kurang aktivitas fisik, perawatan
kaki tidak teratur, dan penggunaan alas kaki tidak tepat merupakan faktor
risiko terjadinya ulkus diabetika. Penelitian oleh Robert bahwa umur ≥ 60 tahun
dan hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetika.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan
masalah dari penelitian tersebut adalah
: “ Bagaimanakah karakteristik faktor resiko terjadinya ulkus diabetik pada
penderita Diabetes Mellitus?” . C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui karakteristik faktor resiko terjadinya
ulkus diabetik pada penderita Diabetes Mellitus.
2. Tujuan
Khusus
a.
Untuk
mengetahui umur dengan terjadinya ulkus diabetik pada penderita Diabetes
Mellitus.
b.
Untuk
mengetahui lama menderita Diabetes Mellitus dengan terjadinya ulkus diabetik
pada penderita Diabetes Mellitus.
c.
Untuk
mengetahui obesitas dengan terjadinya ulkus diabetik pada penderita Diabetes
Mellitus.
d.
Untuk
mengetahui kadar gula darah tidak terkontrol dengan terjadinya ulkus diabetik pada penderita Diabetes Mellitus.
D. Manfaat
Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Bagi
Institusi Pendidikan
Sebagai informasi bagi peneliti-peneliti
selanjutnya khususnya dalam bidang keperawatan medikal bedah. Dan sebagai bahan
kepustakaan tentang karakteristik faktor-faktor risiko terjadinya ulkus
diabetik pada penderita Diabetes mellitus khususnya di Universitas Indonesia
Timur.
2. Institusi Kesehatan (Dinas Kesehatan , Rumah
Sakit)
Memberikan informasi tentang karakeristik
faktor-faktor resiko terjadinya ulkus diabetik pada penderita Diabetes mellitus
sehingga rumah sakit/dinas kesehatan dapat mengambil policy atau
melaksanakan tindakan yang dapat menekan kejadian ulkus diabetik pada penderita
DM melalui program pencegahan kejadian ulkus diabetik.
3. Peneliti
Sebagai suatu wadah untuk
mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan bagi peneliti untuk menambah wawasan
ilmiah dan khasanah ilmu pengetahuan.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
1. Diabetes
Mellitus
a. Definisi
Diabetes Mellitus
Diabetes
mellitus adalah kelainan yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi
normal (hiperglikemia) dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
yang disebabkan oleh kekurangan hormone insulin secara relatif maupun absolut,
apabila dibiarkan tidak terkendali dapat terjadinya komplikasi metabolik akut
maupun komplikasi vaskuler jangka panjang yaitu mikroangiopati dan
makroangiopati.
Diabetes
Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja
insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah.
b.
Klasifikasi dan Diagnosis
Diabetes Mellitus
Klasifikasi
DM yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi
DM American Diabetes Association (ADA) 2007.
Klasifikasi
etiologi Diabetes mellitus, menurut ADA 2007 adalah sebagai berikut:
1).
Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut):
(a). Autoimun.
(b). Idiopatik.
2). Diabetes tipe
2. (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai
defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin).
3).
Diabetes tipe lain.
a) Defek
genetik fungsi sel beta.
b) Defek
genetik kerja insulin.
c) Penyakit
eksokrin pankreas.
d) Endokrinopati.
e) Karena
obat/ zat kimia.
f) Infeksi:
rubella kongenital, sitomegalovirus.
g) Sebab
imunologi yang jarang: antibodi insulin.
h) Sindrom
genetik lain yang berkaitan dengan DM: Sindrom Down, Sindrom Klinefelter,
Sindrom Turner dan lain-lain.
4).
Diabetes mellitus Gestasional (DMG).
Kriteria diagnosis DM menurut WHO tahun 2000
dan ADA tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2 di bawah ini :
Tabel
1 Kriteria Diagnostik Diabetes mellitus WHO Tahun 2000
No.
|
Kriteria Diagnostik
DM menurut WHO 2000
|
1.
|
Normo-glikemia,
bila GDP < 110 mg/dl atau GD2JPP < 140 mg/dl
|
2.
|
IFG atau IGT, bila
FPG > 110 mg/dl dan IFG < 126 mg/dl
|
3.
|
Diabetes,
bila FGP > 126 mg/dl atau GD2JPP > 200 mg/dl atau ditemukannya
gejala-gejala Diabetes dengan konsentrasi glukosa plasma sewaktu > 200
mg/dl
|
Sumber : WHO, 2000
Tabel
2 Kriteria Diagnostik Diabetes mellitus menurut ADA 2007
No.
|
Kriteria Diagnostik
DM menurut ADA 2007
|
1.
|
Gejala
klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L).
Glukosa
darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir.
Gejala
klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab.
|
2.
|
Kadar glukosa darah
puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L).
Puasa
adalah pasien tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam.
|
3.
|
Kadar
glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L)
TTGO
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75
g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Apabila
hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDTP tergantung dari hasil yang diperoleh
:
TGT :
glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl (7,8-11,0
mmol/L)
GDPT :
glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl(5,6-6,9 mmol/L)
|
Sumber : ADA 2007.
c.
Gejala dan Tanda-Tanda
Diabetes mellitus
Gejala
dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.
1).
Gejala Akut Penyakit Diabetes mellitus
Gejala
penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan, mungkin
tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.
(a). Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba
banyak (Poli), yaitu : Banyak makan (poliphagia),Banyak minum (polidipsia),Banyak
kencing (poliuria).
(b). Bila keadaan
tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:
(1)
Banyak minum.
(2) Banyak kencing.
(3) Nafsu makan
mulai berkurang/ berat badan turun
dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam waktu 2 – 4 minggu).
(4) Mudah lelah.
(5) Bila tidak
lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang
disebut dengan koma diabetik.
2). Gejala Kronik Diabetes mellitus
Gejala
kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes mellitus adalah sebagai
berikut:
a)
Kesemutan.
b)
Kulit terasa panas, atau
seperti tertusuk-tusuk jarum.
c)
Rasa tebal di kulit.
d)
Kram.
e)
Capai.
f)
Mudah mengantuk.
g)
Mata kabur, biasanya sering
ganti kacamata.
h)
Gatal di sekitar kemaluan
terutama wanita.
i)
Gigi mudah goyah dan mudah
lepas kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi.
j)
Para ibu hamil sering
mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat
lahir lebih dari 4 kg.
d. Patogenesis
Diabetes mellitus
Diabetes
mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin
secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3
jalan, yaitu :
1). Rusaknya sel-sel
β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu, dll).
2). Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada
kelenjar pankreas.
3). Desensitas/kerusakan
reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer.
Apabila
di dalam tubuh terjadi kekurangan insulin, maka dapat mengakibatkan :
1). Menurunnya transport
glukosa melalui membran sel, keadaan ini mengakibatkan sel-sel kekurangan
makanan sehingga meningkatkan metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang
muncul adalah penderita Diabetes mellitus selalu merasa lapar atau nafsu makan meningkat
”poliphagia”.
2). Menurunnya
glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam hati dan otot terganggu.
3). Meningkatnya pembentukan glikolisis dan
glukoneogenesis, karena proses ini disertai nafsu makan meningkat atau
poliphagia sehingga dapat mengakibatkan terjadinya hiperglikemi. Kadar gula
darah tinggi mengakibatkan ginjal tidak mampu lagi mengabsorpsi dan glukosa
keluar bersama urin, keadaan ini yang disebut glukosuria. Manifestasi yang muncul
yaitu penderita sering berkemih atau poliuria dan selalu merasa haus atau
polidipsia.
e. Faktor
Risiko Diabetes Mellitus
Faktor-faktor
risiko terjadinya Diabetes mellitus menurut ADA dengan modifikasi terdiri atas
:
1). Faktor risiko
mayor :
(a). Riwayat keluarga DM.
(b). Obesitas.
(c).
Kurang aktivitas fisik.
(d). Ras/Etnik.
(e). Sebelumnya teridentifikasi sebagai IFG.
(f).
Hipertensi.
(g). Tidak terkontrol kolesterol dan HDL.
(h). Riwayat DM pada Kehamilan.
2). Faktor risiko
lainnya :
(a)
Faktor nutrisi.
(b)
Konsumsi alkohol.
(c)
Faktor stress.
(d)
Kebiasaan merokok.
(e)
Jenis pekerjaan.
(f) Intake zat besi.
(g)
Konsumsi kopi dan kafein.
f. Penatalaksanaan
Diabetes mellitus
Tujuan
pengelolaan Diabetes mellitus adalah :
1)
Tujuan jangka pendek yaitu
menghilangkan gejala/keluhan dan mempertahankan
rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian
darah.
2)
Tujuan jangka panjang yaitu
mencegah komplikasi, mikroangiopati dan makroangiopati dengan tujuan menurunkan
mortalitas dan morbiditas.
Prinsip
pengelolaan Diabetes mellitus, meliputi :
1)
Penyuluhan
Tujuan penyuluhan yaitu meningkatkan pengetahuan
diabetisi tentang penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat
sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Penyuluhan meliputi :
(a).
Penyuluhan untuk pencegahan primer
Ditujukan untuk kelompok risiko tinggi.
(b). Penyuluhan untuk pencegahan sekunder
Ditujukan
pada diabetisi terutama pasien yang baru.
(c)
Penyuluhan untuk pencegahan tersier
Ditujukan
pada diabetisi lanjut, dan materi yang diberikan meliputi : cara perawatan dan
pencegahan komplikasi, upaya untuk rehabilitasi, dll.
2). Diet Diabetes Mellitus
Tujuan
Diet pada Diabetes mellitus adalah mempertahankan atau mencapai berat badan
ideal, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah komplikasi
akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup.
Penderita
Diabetes mellitus didalam melaksanakan diet harus memperhatikan 3 J, yaitu :
jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan jenis
makanan yang harus diperhatikan.
Komposisi
makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang yaitu yang
mengandung karbohidrat ( 45-60%), Protein (10-15%) , lemak (20-25%), garam (≤
3000 mg atau 6-7 gr perhari), dan serat (± 25 g/hr).
Jenis
buah-buahan yang dianjurkan adalah buah golongan B (salak, tomat, dll) dan yang
tidak dianjurkan golongan A (nangka, durian, dll), sedangkan sayuran yang
dianjurkan golongan A (wortel, nangka muda, dll) dan tidak dianjurkan golongan
B (taoge, terong, dll).
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan
kalori antara lain :
(a) Jenis
Kelamin
Kebutuhan
kalori pria sebesar 30 kal/kg BB dan wanita sebesar 25 kal/kg BB.
(b). Umur
Diabetisi
di atas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi yaitu usia 40-59 tahun dikurangi
5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%, dan lebih 70 tahun dikurang 20%.
(c).
Aktifitas Fisik
Kebutuhan
kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik. Aktivitas
ringan ditambahkan 20%, aktivitas sedang ditambahkan 30%, dan aktivitas berat
dapat ditambahkan 50%.
(d). Berat badan
Bila
kegemukan dikurangi 20-30% tergantung tingkat kegemukan. Bila kurus ditambah
20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.
(e). Kondisi Khusus
Penderita
kondisi khusus, misal dengan ulkus diabetika atau infeksi, dapat ditambahkan
10-20%.
3). Latihan Fisik
(Olah Raga).
Tujuan
olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah kegemukan,
memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
4. Pengobatan
Jika
diabetisi telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang teratur
namun pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka dipertimbangkan
pemberian obat. Obat meliputi : obat hipoglikemi oral ( OHO) dan insulin.
Pemberian
obat Hipoglikemi Oral diberikan kurang lebih 30 menit sebelum makan. Pemberian
insulin biasanya diberikan lewat penyuntikan di bawah kulit (subkutan) dan pada
keadaan khusus diberikan secara intravena atau intramuskuler.
5). Pemantauan
Pengendalian Diabetes dan Pencegahan Komplikasi
Tujuan
pengendalian Diabetes mellitus adalah menghilangkan gejala, memperbaiki
kualitas hidup, mencegah komplikasi akut dan kronik, mengurangi laju
perkembangan komplikasi yang sudah ada.
Pemantauan
dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial,
pemeriksaan HbA1C setiap 3 bulan, pemeriksaan ke fasilitas kesehatan kurang
lebih 4 X pertahun (kondisi normal) dan dilakukan pemeriksaan jasmani lengkap,
albuminuria mikro, kreatinin, albumin globulin, ALT, kolesterol total, HDL, trigliserida,
dan pemeriksaan lain yang diperlukan.
g. Komplikasi Diabetes mellitus
Komplikasi-komplikasi
pada Diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1). Komplikasi
Metabolik Akut
Komplikasi akut terdiri dari dua bentuk yaitu
hipoglikemia dan hiperglikemia. Hiperglikemia dapat berupa, Keto Asidosis
Diabetik (KAD), Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hipoglikemi
yaitu apabila kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg % dan gejala yang muncul
yaitu palpitasi, takhicardi, mual muntah, lemah, lapar dan dapat terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Hiperglikemi yaitu apabila kadar gula darah
lebih dari 250 mg % dan gejala yang muncul yaitu poliuri, polidipsi pernafasan
kussmaul, mual muntah, penurunan kesadaran sampai koma.
KAD menempati peringkat pertama komplikasi
akut disusul oleh hipoglikemia. Komplikasi akut ini masih merupakan masalah
utama, karena angka kematiannya cukup tinggi.
2). Komplikasi Metabolik Kronik
Komplikasi
kronik pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh
(Angiopati diabetik). Angiopati diabetik untuk memudahkan dibagi menjadi dua
yaitu: makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler), yang
tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus
bersamaan. Komplikasi kronik DM yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
a)
Mikrovaskuler : Ginjal, Mata.
b)
Makrovaskuler : Penyakit jantung
koroner, Pembuluh darah kaki, Pembuluh darah otak.
c)
Neuropati: mikro dan
makrovaskuler
d)
Mudah timbul ulkus atau
infeksi : mikrovaskuler dan makrovaskuler
2. Ulkus
diabetika
a. Definisi
Ulkus
diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa
luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan
setempat.
Ulkus
diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih
lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob.
b.
Klasifikasi
Klasifikasi
Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner dikutip oleh
Waspadji S, terdiri dari 5 tingkatan :
0 : Tidak ada luka
terbuka, kulit utuh.
1 : Ulkus
Superfisialis, terbatas pada kulit.
2 : Ulkus lebih
dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
3 : Ulkus dalam
yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.
4 : Ulkus dengan
kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki, bagian depan
kaki atau tumit.
5 : Ulkus dengan
kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.
c. Tanda
dan Gejala
Tanda
dan gejala ulkus diabetika yaitu :
1). Sering kesemutan.
2). Nyeri kaki
saat istirahat.
3). Sensasi rasa
berkurang.
4). Kerusakan
Jaringan (nekrosis).
5). Penurunan
denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
6). Kaki menjadi
atrofi, dingin dan kuku menebal.
7). Kulit kering.
d. Diagnosis
Ulkus diabetika
Diagnosis
ulkus diabetika meliputi :
1) Pemeriksaan
Fisik : inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus pada kulit atau
jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau
hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.
2). Pemeriksaan Penunjang : X-ray, EMG dan pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan
menentukan kuman penyebabnya.
e. Patogenesis
Ulkus diabetika
Salah
satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes mellitus adalah
ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor yang sering
disebut Trias yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi.
Pada
penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi
komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena
adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson
menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot,
atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila
diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus
diabetika.
Iskemik
merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam
jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya
proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun
yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis
pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang
biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.
Aterosklerosis
merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan
lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat
mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga
mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetika.
Proses
angiopati pada penderita Diabetes mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan
pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat
perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian timbul
ulkus diabetika.
Pada
penderita DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima
(hiperplasia membram basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh
kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga
mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan
ulkus diabetika.
Eritrosit
pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang
menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh
eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi
jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya
timbul ulkus diabetika.
Peningkatan
kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya
agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan
terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu
sirkulasi darah.
Penderita
Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida plasma
tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan hipoksia
dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan merangsang
terjadinya aterosklerosis.
Perubahan/inflamasi
pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh
darah, konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih plak
biasanya rendah.
Adanya
faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap
aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun
sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya
terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari
ujung kaki atau tungkai.
Pada
penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali menyebabkan
abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu,
demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada
infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem
phlagositosis-bakterisid intra selluler.
Pada
penderita ulkus diabetika, 50 % akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa
darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri
penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik Staphylokokus atau
Streptokokus serta kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium novy,
dan Clostridium septikum.
f. Faktor
Risiko Ulkus diabetika
Faktor
risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Lipsky
dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas :
1).
Faktor-faktor risiko yang tidak dapat
diubah :
(a) Umur ≥ 60 tahun.
(b) Lama DM ≥ 10 tahun.
2).
Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah :
(termasuk
kebiasaan dan gaya hidup)
a) Obesitas.
b) Kadar
glukosa darah tidak terkontrol.
c) Kebiasaan
merokok.
d) Ketidakpatuhan
Diet DM.
e) Kurangnya
aktivitas Fisik.
f) Pengobatan
tidak teratur.
g) Perawatan
kaki tidak teratur.
h) Penggunaan
alas kaki tidak tepat.
Faktor-faktor resiko terjadinya ulkus diabetik lebih
lanjut
dijelaskan sebagai berikut :
a) Umur
Umur
≥60 thn beresiko terjadi ulkus diabetik karena pada usia tersebut fungsi tubuh
secara fisiologis menurun karena proses degenerative terjadi penurunan sekresi
atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian
glukosa darah yang tinggi kurang optimal.
Keluhan
umum penderita DM usia lanjut seperti : Poliuria, Polidipsi, dan polifagia
umumnya tidak ada, sebaliknya yang sering mengganggu penderita adalah akibat
komplikasi degenaratif kronik pada pembuluh darah, akibat terdapat perubahan
fatofisiologi karena proses menjadi tua.
b) Lama
menderita DM
Ulkus
diabetik terutama terjadi pada penderita yang lama menderita DM ≥10 tahun,
apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, akan muncul komplikasi yang
berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati dan
mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan
menurunnya sirkulasi darah dan apabila ada luka pada kaki penderita sering
tidak dirasakan
c) Obesitas
Sudah
sejak lama diketahui bahwa obesitas merupakan salah satu faktor resiko yang
penting untuk timbulnya diabetes. Pada obesitas dengan IMT ≥ 23 kg/m² (wanita)
dan IMT ≥ 25 kg/m² (pria) akan lebih sering terjadi resistensi insulin yang
dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga
terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan
tungkai akan mudah terjadi ulkus
d) Kadar
glukosa darah tidak terkontrol
Kadar
glukosa darah tidak terkontrol ( GDP > 100 mg/dl dan GD2JPP > 144 mg/dl
atau GDS ≥200mg/dl) akan mengakibatkan komplikasi kronik jangka panjang, baik
makrovaskuler maupun mikrovaskuler salah satunya yaitu ulkus diabetik.
g. Pencegahan
dan Pengelolaan Ulkus diabetik
Pencegahan
dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut adalah :
1). Memperbaiki
kelainan vaskuler.
2). Memperbaiki
sirkulasi.
3). Pengelolaan pada
masalah yang timbul ( infeksi, dll).
4). Edukasi
perawatan kaki.
5). Pemberian
obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium lengkap) dan
obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan
keluhan/gejala dan penyulit DM.
6). Olah raga
teratur dan menjaga berat badan ideal.
7). Menghentikan
kebiasaan merokok.
8). Merawat kaki
secara teratur setiap hari
9). Penggunaan
alas kaki tepat.
B. Kerangka
Konsep Penelitian
1. Kerangka
Konsep
Dasar pemikiran dari variabel yang akan diteliti
adalah faktor resiko terjadinya ulkus diabetik pada penderita Diabetes mellitus
terdiri atas :
1).
Faktor-faktor resiko yang tidak dapat
diubah :
(a) Umur ≥ 60 tahun.
(b) Lama DM ≥ 10 tahun.
2).
Faktor-faktor resiko yang dapat diubah :
(termasuk
kebiasaan dan gaya hidup)
a) Obesitas.
b) Kadar
glukosa darah tidak terkontrol.
Adapun gambaran kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada
bagan berikut ini :
|
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada
tinjauan umum, maka peneliti membuat skema penelitian yang dapat diuraikan sebagai
berikut : klien penderita diabetes melitus yang berada di wilayah kerja Rumah
Sakit Siwa Kecamatan Pitumpanua, baik
dengan ulkus maupun tidak, dimana akan
dilihat karakteristik dari faktor risiko terjadinya ulkus diabetika sesuai yang
dipaparkan pada kerangka konsep.
2. Defenisi Operasional
Ulkus
diabetik dalam penelitian ini adalah berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dikeluhkan
oleh responden.
Faktor-faktor resiko terjadinya ulkus diabetik sebagai
berikut :
a. Umur
Umur
dalam penelitian ini adalah karakteristik dari umur responden.
Kriteria
objektif : Bila responden memiliki umur ≥60
tahun beresiko terjadi ulkus diabetik.
b. Lama
menderita DM
Lama
menderita DM dalam penelitian ini adalah
karakteristik lama menderita DM.
Kriteria
objektif : Bila lama menderita DM ≥10 tahun atau lebih.
c. Obesitas
Obesitas
dalam penelitian ini adalah responden dengan IMT ≥23 kg/m²
pada wanita dan IMT ≥25 kg/m² pada pria.
d. Kadar
glukosa darah tidak terkontrol
Kadar
glukosa darah tidak terkontrol dalam penelitian ini adalah responden dengan GDP
> 100 mg/dl dan GD2JPP > 144 mg/dl ) atau GDS ≥200 mg/dl.
BB III
METODE PENELITIAN
A.
Desain
Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Observasional, dimana
peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu
saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan,
namun mempunyai makna bahwa setiap subyek hanya dikenali satu kali
pengukuran,tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran.
B.
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Lokasi
penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Siwa pada 16 April 2012
sampai dengan 28 April 2012.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi
merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu
penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menderita DM
dengan ulkus dan tanpa ulkus yang datang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah
Siwa,pada tahun 2012.
2. Sampel
Sampel adalah
sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi. Sampel diambil dengan
menggunakan accidental sampling. Dengan
jumlah sampel 14 orang.
D. Instrumen Pengumpulan Data
1.
Alat
yang digunakan
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini :
a) Lembaran kuesioner
b) Alat tulis menulis
2.
Cara
pengumpulan data
Data yang dikumpulkan adalah data
yang diperoleh dari pengisian kuesioner.
E. Teknik
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data primer. data primer
disebut juga data tangan pertama yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil data. Variabel
penelitian dari data primer yaitu : umur, lama menderita DM, Obesitas, kadar
glukosa darah tidak terkontrol.
Pada penelitian
ini,peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrument berupa kusioner
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari respondens tentang hal-hal yang
ingin diketahui. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menajamkan
penggalian informasi penting adalah dengan wawancara mendalam ( Indepth
Interview).
F. Pengolahan
Data
Dalam penelitian ini,
teknik pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan
dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan
memeriksa keseragaman data.
2.
Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data,
semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol
tertentu, untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan
memberi nomor halaman daftar pertanyaan, nomor pertanyaan, nomor variabel, nama
variabel dan kode.
3.
Tabulasi
Data
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data ke
dalam suatu table menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan
penelitian, tabel mudah untuk dianalisa. Tabel tersebut dapat berupa tabel
sederhana maupun tabel silang.
G. Analisa
Data
Adapun teknik
analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk mendapatkan gambaran
umum dengan cara mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian
yaitu melihat distribusi frekuensinya.
H. Etika
Penelitian
Dalam melakukan
penelitian,peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak pendidikan
dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian. Adapun
kaidah dari etika penelitian adalah :
1.
Lembar
Persetujuan Penelitian ( Informed consent)
Lembar persetujuan diedarkan
sebelum penelitian dilaksanakan agar respondens mengetahui maksud dan tujuan
penelitian,serta dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan data.Jika responden
bersedia diteliti mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut jika
tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.
2.
Tanpa
Nama ( anominaty)
Untuk menjaga kerahasiaan
identitas responden,peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar
pengumpulan data(kusioner)yang diisi oleh subyek.
3.
Kerahasiaan
(Confindentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan
dari subyek dijamin kerahasiaannya.hanya kelompok data tertentu saja yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka kesimpulan yang didapatkan bahwa :
1. Ulkus diabetik beresiko terjadi pada penderita DM dengan umur <60
tahun. Dimana dari 14 responden terdapat 10 orang yang berumur <60 tahun,
dan hanya 4 orang yang berumur ≥60 tahun.
2. Ulkus diabetik beresiko terjadi pada pasien yang lama menderita DM <10
tahun. Dimana dari 14 responden terdapat 13 orang yang lama menderita DM <10
tahun, dan hanya 1 orang yang lama menderita DM ≥10 tahun.
3. Ulkus diabetik beresiko terjadi pada penderita DM yang obesitas. Dimana
dari 14 responden semuanya adalah penderita ulkus diabetik yang obesitas.
4. Ulkus diabetik beresiko terjadi pada penderita DM yang memiliki kadar
gula darah tidak terkontrol. Dimana dari 14 responden semuanya adalah penderita
ulkus diabetik yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.
B.
Saran
Adapun saran dari peneliti adalah
sebagai berikut :
1. Dianjurkan kepada pasien diabetes mellitus khususnya yang memiliki ulkus
untuk senantiasa mengontrol berat badan dan kadar gula darahnya secara rutin.
2. Menghindari seoptimal mungkin faktor-faktor yang beresiko terjadinya
ulkus diabetik.
3. Profesi keperawatan diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan
keperawatan penyakit dalam dan bedah yang lebih memperhatikan upaya promosi
preventif.
4. Rumah sakit diharapkan meningkatkan mutu pelayanan termasuk sarana dan prasarana
sehingga dapat mengidentifikasi sedini mungkin kejadian ulkus diabetik pada
penderita DM.
Perlunya pemberian informasi yang memadai mengenai
faktor resiko ulkus diabetik pada penderita DM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar